Skip to main content

Hidroponik 1 - Jenis-jenis Teknik/Sistem Hidroponik

Sebelumnya kita sudah membahas kenapa hidroponik dipilih sebagai salah satu cara untuk bercocok tanam pada postingan saya sebelumnya. Hidroponik sendiri sudah banyak berkembang dengan berbagai metoda/teknik penanaman. Saya sendiri baru mencoba satu bentuk sistem/metoda penanaman dengan sedikit improvisasi dan alhamdulillah sukses dan sudah panen, namun sangat disayangkan untuk bukti foto nya sudah terhapus dari handphone saya yang lama.
Saya akan coba untuk berbagi informasi 3 macam teknik/sistem sederhana yang saya ketahui melalui tulisan ini. Meskipun sebenarnya sudah banyak metode baru yang dikembangkan oleh penggiat Hidroponik itu sendiri, akan tetapi teknik-teknik ini saya rasa cukup untuk mengakomodir penerapan hidroponik berskala hobi/rumahan bagi teman-teman semua.

Sistem Sumbu / Wick System

Sistem sumbu atau Wick System ini adalah sistem yang paling sederhana dan paling gampang untuk diaplikasikan. Sistem ini populer sekali dikalangan penggiat hidroponik pemula atau dalam bahasa kids jaman now disebut nubie. Sistem ini tidak memerlukan biaya/investasi yang mahal, bahkan bisa jadi tanpa biaya sama sekali.
 Cara kerjanya sangat sederhana, air yang bercampur nutrisi dibagian bawah dialirkan melalui sumbu dengan prinsip kapilaritas (bener ga ya tulisannya?) ke akar tanaman dibagian atas. Sesederhana itu, dan tentunya ini hanya efisien untuk tanaman yang tidak membutuhkan banyak air. Sistem ini cocok untuk pemula/nubie dan skala hobi/rumahan. Kita hanya perlu menjaga jumlah air didalam wadah sehingga tidak kekeringan.

Water Culture System

Teknik/sistem yang kedua ini membutuhkan kucuran dana investasi dikarenakan kita memerlukan beberapa perangkat agar dapat membuat instalasi hidroponik dengan teknik/sistem ini. Secara singkat water culture sistem ini merupakan teknik hidroponik yang menanam tanaman diatas air. Ditanam diatas air?
Pada teknik ini, tanaman langsung ditanam diatas air/nutrisi dengan dibantu oleh media tanam berupa rockwoll atau bisa diganti dengan sterofoam agar dapat mengapung di permukaan air. Akar tanaman terbenam di dalam air/nutrisi yang mana oksigen akan dipompakan melewati pipa udara oleh pompa aerator dan selanjutnya akan dibuat gelembung udara oleh bubble stone. Hal ini membuat akar mendapatkan suplay oksigen guna pertumbuhannya.

NFT (Nutrient Film Technique)

Teknik/sistem yang satu ini membutuhkan investasi yang lebih banyak daripada teknik-teknik sebelumnya. Kita membutuhkan lebih banyak peralatan daripada teknik-teknik sebelumnya. NFT dapat mengakomodir lebih banyak lubang tanam sehingga hasil yang didapatkan akan lebih banyak pula.
Dalam teknik ini tanaman ditempatkan didalam netpot beserta rockwoll, kemudian netpot tesebut ditempatkan pada lubang-lubang tanam yang dibuat pada pipa pvc atau talang air. Sesuai namanya, Nutrient Film Technique (NFT) bekerja dengan cara mensirkulasikan nutrisi (nutrient) dari dalam tangki penyimpanan menggunakan pompa air ke dalam pipa pvc/talang air dalam bentuk aliran kecil/tipis (film=lapisan tipis) dan dikembalikan kembali ke tangki, begitu seterusnya. Akar tanaman dibiarkan menyentuh aliran nutrisi agar mendapatkan sumber makanan dari nutrisi secara terus menerus.

Itulah 3 jenis teknik/sistem penanam hidroponik yang saya rasa cocok untuk aplikasi skala hobi/rumahan dari beberapa bentuk teknik yang berkembang dikalangan komunitas hidroponik. Masih banyak teknik-teknik lain yang jika ada kesempatan mungkin akan saya bagi kembali. Seperti tersebut di atas, NFT sudah cukup mampu untuk dibuat sebagai teknik/sistem berskala pertanian rumahan ataupun skala menengah dan hasilnya dapat dikomersilkan.
Sekali lagi, ini hanya sekedar sharring informasi, sangat saya harapkan jika ada masukan saran dan kritik membangun dari teman-teman pembaca dan penggiat hidroponik lainnya. Sekian dulu postingan ini, kita akan lanjutkan pembahasan yang lain pada postingan selanjutnya.

Comments

Popular posts from this blog

Go Green dengan Hidroponik!!!

Saya itu orang yang senang melihat yang ijo-ijo (penghijauan /red ). Jika ada kesempatan untuk berlibur, saya lebih memilih pergi ke tempat-tempat yang banyak menyajikan pemandangan hijau pegunungan, perbukitan, perkebunan yang tentunya juga menyajikan udara yang segar. Saat masih kecil dan tinggal di kota kelahiran, saya mempunyai halaman samping di rumah dinas Papa yang disulap beliau menjadi kebun kecil seadanya yang ditanam sayuran seperti mentimun, kacang panjang, buncis, labu siam, cabe rawit, singkong dll. Hasilnya lumayan untuk kebutuhan sayuran sekali-kali. Mungkin inilah yang memicu saya untuk mempunyai impian sebuah rumah dengan nuansa perkebunan, jika tidak bisa mendapatkan tanah yang luas, minimal ada sedikit halaman depan, samping dan belakang yang isinya menyegarkan mata serta hasilnya dapat dinikmati. Sekarang saya bekerja di ibu kota provinsi, sudah berkeluarga dan tinggal di rumah kontrakan. Di rumah ini tidak ada halaman dengan tanah yang dapat menunjang penyal

Note 1 - The Memmories

Kenapa dikasih judul The Memmories ya? Kita pake bahasa agak ga baku banget ya kali ini, karena ini emang dibikin bwt konsumsi yang bisa ngerti aja, Hehehehehe. Sebelum kita lanjutkan ceritanya mending ditonton dulu aja video ini (buat yang punya konten, gw ijin share videonya ya Bro ^_^) Jangan koment dulu, baca sampe habis blog ini ya!!! Sebenernya gw agak ga suka dengan konten-konten anak muda begini di YouTube . Karena menurut gw konten-konten yang dibagikan di YouTube sudah seharusnya ada sisi pengetahuan disana. Seringkali konten-konten yang Anak Muda Indonesia bagikan serasa ga ada manfaatnya, malah mencontohkan hal-hal yang seharusnya belum boleh dilakukan oleh anak-anak atau remaja seusia mereka. Pada saat penulisan postingan ini sih awalnya gw yakin bakal ada Pro Kontra mengenai pendapat gw ini. Tapi gapapa lah, karena yang akan gw tuliskan ini justru bertolak belakang dengan apa yang gw tulis di paragraph sebelumnya. Jadi tolong dibaca sampe habis ya!!! Malam ini